Cara Memberi Refleksi Dalam Outbound Training

Refleksi dalam kegiatan Outbound di Trawas

Apakah refleksi itu? 

Refleksi atau biasa juga disebut renungan adalah satu sesi untuk mengambil pelajaran dari pengalaman ( kegiatan Outbound ) yang telah dilalui.

Mengapa perlu direfleksi?

Kegiatan dalam Outbound memerlukan keterlibatan Fisik ( Psikomotorik ), Mental ( Afektif ), Pikiran ( Kognitif ) meskipun dengan proporsi berbeda.

Akan tetapi masing-masing peserta berangkat dengan pengalaman masa lalu dan suasana hati yang berbeda, sehingga cara merespon kegiatan / permainan dalam Outbound pun berbeda pula.

Sehingga pengalaman akhir yang didapat juga bervariasi.

Agar manfaat yang didapat dari kegiatan Outbound dapat bernilai positif dan maksimal bagi pengembangan diri peserta, maka dapat dibantu dengan memberi refleksi yang tepat terhadap aktifitas yang dialami. Adapun manfaat refleksi antara lain:

Menambah nilai pengalaman, ekplorasi yang tepat dapat menambah nilai dan arti pengalaman, jika tidak tepat dapat mengecilkan nilai dari kegiatan dalam Outbound.

Meminimalkan hambatan dalam proses belajar, suasana hati yang tidak fun dapat menjadikan seseorang bersikap cuek terhadap keadaan yang ada disekitarnya, sehingga dengan refleksi diharapkan dapat memberikan wacana dan pemahaman yang lebih luas. 

Baca juga : Tahapan Perenungan (Refleksi) dalam outbound training

Memperjelas arah tujuan, mengukur kinerja, introspeksi diri, merayakan keberhasilan.

Membuka wawasan baru, melihat alternatif lain untuk meraih tujuan, melihat masalah dari sudut pandang orang lain, mengukur diri. 

Mengembangkan pengamatan dan kesadaran, tentang keberanian, persepsi, dll. 

Membangun kepedulian, refleksi dapat menjadi wahana untuk mengungkapkan kepedulian, menerima tanggapan/feedback atas sikap diri selama kegiatan berlangsung. 

Memupuk keberanian untuk mengekpresikan diri, refleksi yang tepat dapat menjadi wahana untuk memupuk keberanian berbicara atau membicarakan pengalaman diri peserta. NB: Fasilitator harus mampu memilih situasi, simbol-simbol yang tepat. 

Memandu kesuksesan, memahami bagaimana kesuksesan diraih, membantu peserta menikmati kesuksesan, mengaplikasikan kedalam permanent system. 

Memberikan dukungan, rise taking dalam permainan berdampak sukses atau gagal, melalui refleksi pengalaman tersebut dianalisis, sehingga peserta dapat mengetahui bagaimana kegagalan itu terjadi, bangkit dari kegagalan, perjuangan meraih sukses. 

Memberdayakan peserta, refleksi dapat memperkuat kemampuan peserta untuk dapat belajar dari pengalaman yang dialaminya, sehingga akan berdampak pada: kemampuan belajar, kepercayaan diri, kemandirian, mengembangkan diri. 

Ada berapa tingkatan dalam refleksi itu ?

Ada tiga tingkatan refleksi pengalaman dalam Outbound, yaitu:

Merasakan pengalaman,

Menceritakan pengalaman,

Diskusi dan Tanya jawab pengalaman.

MERASAKAN PENGALAMAN

Peserta dapat merasakan secara langsung dari suatu kegiatan ( Learning by Doing ), adapun garis besarnya sebagai berikut:

Peserta diajak menyelesaikan suatu rangkaian skenario kegiatan tantangan fisiologis, Psikologis dan intelektual.

Peserta menjalankan kegiatan sesuai dengan standar prosedur yang telah ditentukan.

Peserta mendapatkan pengalaman baru yang ” Fun ” dari kegiatan yang dilakukan.

Peserta secara mandiri memperoleh kesadaran baru adanya proses pembelajaran.

Peserta merasakan bertambahnya kemampuan dan pengalaman yang dapat diaplikasikan pada keadaan yang sesungguhnya ( di lapangan ).

MENCERITAKAN PENGALAMAN

Peserta mendapat tambahan pengalaman melalui ” bantuan ” Fasilitator, setelah mengamati dinamika kegiatan, fasilitator membuat rangkaian cerita kegiatan kemudian diceritakan kembali kepada peserta ( Learning by Telling ), adapun garis besarnya sebagai berikut:

Peserta diajak menyelesaikan suatu rangkaian skenario kegiatan tantangan fisiologis, Psikologis dan intelektual.

Peserta menjalankan kegiatan sesuai dengan standar prosedur yang telah ditentukan.

Peserta mendapatkan pengalaman baru yang ” Fun ” dari kegiatan yang dilakukan.

Setelah kegiatan, Fasilitator bercerita ulang tentang kejadian yang diamati ( recall memory ) sebagai jangkar ingatan dalam proses belajar peserta.

Fasilitator menarik kesimpulan pembelajaran.

Peserta merasakan bertambahnya kemampuan dan pengalaman yang dapat diaplikasikan pada keadaan yang sesungguhnya ( di lapangan ).

DISKUSI DAN TANYA JAWAB PENGALAMAN

Peserta mendapatkan hikmah pembelajaran dengan ” bantuan ” Fasilitator dalam refleksi, berdiskusi dan tanya jawab tentang pengalaman yang didapatkan (Learning by Reflecting), adapun garis besarnya sebagai berikut:

Peserta diajak menyelesaikan suatu rangkaian skenario kegiatan tantangan fisiologis, Psikologis dan intelektual.

Peserta menjalankan kegiatan sesuai dengan standar prosedur yang telah ditentukan.

Peserta mendapatkan pengalaman baru yang ” Fun ” dari kegiatan yang dilakukan.

Peserta secara mandiri memperoleh kesadaran baru adanya proses pembelajaran.

Fasilitator memandu refleksi dengan pertanyaan panduan yang terstruktur

Peserta mengungkapkan ulang pengalamannya dan mendapatkan pembelajaran baru dari kegiatan tersebut.

Fasilitator mendorong terjadinya diskusi tentang sikap peserta, analisis, evaluasi dari perilaku yang muncul.

APA OBYEK YANG DIAMATI OLEH FASILITATOR ?

Obyek yang diamati oleh Fasilitator dapat di kelompokkan menjadi empat, yaitu:

Hal yang dirasakan

Ekpresi yang ditunjukkan saat berhasil menyelesaikan tantangan

Tindakan yang dilakukan saat menghadapi ketegangan

Ungkapan yang muncul saat menghadapi kesulitan Proses yang terjadi

Proses pengambilan keputusan saat menghadapi masalah dalam kegiatan

Proses dalam membangun keterlibatan anggota dalam tim

Proses membangun semangat anggota tim

Kesimpulan yang dapat diambil

Kesadaran baru yang dapat diperoleh dari rangkaian kegiatan yang dialami.

Cara berpikir dengan sudut pandang baru

cara baru dalam bertindak disaat menghadapi suatu masalah

Peran serta dan tanggung jawab masing-masing individu dalam setiap kegiatan.

Tindak lanjut yang akan dilakukan

Rencana implementasi hasil Outbound dalam kehidupan sehari-hari

Tindakan yang akan diambil untuk mengurangi resiko gagal.

Apa Pertanyaan yang biasa digunakan oleh Fasilitator dalam memandu refleksi ?

Pertanyaan yang biasa digunakan oleh Fasilitator dalam memandu diskusi pada saat refleksi, antara lain:

Apa nama permainan yang telah anda lakukan ?

Apa tujuan dari permaianan….

Bagaimana pelaksanaannya / Faktanya ( Berhasil / Gagal ) 

( Berhasil ) Apa potensi yang anda miliki / kelompok anda ?

( Gagal ) Kendala apa yang terjadi ?

Untuk menyelesaikan permainan ….. ini, dibutuhkan peran apa saja ?

Bagaimana cara membagi peran dalam permainan …. tersebut ?

Apa yang dapat anda pelajari tentang diri anda ?

Apa yang dapat kamu amati tentang rekan kerja anda ?

Apa yang dapat anda pelajari / hikmah dari pernainan tersebut ?

Apa manfaat yang didapat jika hikmah tersebut di aplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari ?

Bagaimana panduan dalam bertanya disaat memberikan refleksi ?

Seringkali pertanyaan yang diberikan oleh Fasilitator justru membingungkan, dan dapat mendangkalkankan arti / hikmah pembelajaran dari kegiatan yang telah dilakukan peserta.

Fasilitator hendaknya dapat menemukan ilham untuk membuat pertanyaan yang efektif dan berdampak positif, oleh karena itu Fasilitator hendaknya :

Dapat memberi pertanyaan yang berdampak positif, karena pertanyaan positif dapat memberi stimulan psikologis yang positif juga.

Mengapa anda / kelompok anda tidak dapat menyelesaikan permainan ini ? ( – )

Apa kesulitan yan gmuncul dalam menyelesaikan permainan ini ? ( + )

Kenapa anda memutuskan untuk menyerah ? ( – )

Mengapa anda mengambil pilihan tersebut ? ( + )

 Dapat menyampaikan pertanyaan secara etis, karena etika menjadi salah satu kunci terjadinya komunikasi yang baik. Oleh karena itu perlu diperhatikan bahwa:

Pertanyaan bukan untuk menguji pengetahuan / kepandaian peserta

Ungkapkan pertanyaan dengan tegas dan jelas

Bersikaplah yang menimbulkan efek kondusif

Beri kesempatan yang sama terhadap seluruh peserta

Pertanyaan yang tidak menyinggung harga diri peserta

Pertanyaan tidak digunakan untuk menyudutkan peserta

Dapat memberikan sikap tubuh yang tepat yang dapat menimbulkan persepsi positif

Jaga kontak mata dengan peserta

Hindari melihat dengan pandangan kosong

Hindari melihat satu peserta terus menerus

 Perhatikan gerak tangan

Berpegangan tangan di belakang = Fasilitator sangat kaku dan terlalu formal

Dua tangan didepan tubuh = Fasilitator grogi

Melipat tangan = Fasilitator menampilkan sikap bertahan

Memasukkan salah satu tangan ke kantong = Fasilitator kurang empati/setengah 2 dalam memfasilitasi peserta

Hindari kesalahan dalam memberikan pertanyaan, antara lain:

Mengira peserta sudah ” otomatis ” mengerti maksud pertanyaan

Bertanya terlalu banyak pada waktu yang sama

Bertanya pada satu orang tertentu

Memberi pertanyaan yang ” tidak enak ” pada orang tertentu.

Hindari terlalu dekat ( jarak fisik ) dengan satu peserta

dll